RSS

Senin, 19 April 2010

TRAGEDI MAKAM MBAH PRIUK




Tragedi berdarah di makam Mbah Priok, Rabu (14/4) lalu, masih menyisakan luka mendalam. Sedikitnya tiga nyawa melayang dari pihak satpol PP, ratusan orang luka-luka. Siapa yang salah? Di tengah proses investigasi kasus Mbah Priok ragam rumor berkeliaran. Misalnya soal dana sebesar Rp11 miliar yang dikucurkan PT Pelindo II kepada Satpol PP untuk melakukan penggusuran makam. Rumor ini melengkapi isu sebelumnya perihal bermainnya mafia tanah dalam rencana penggusuran itu.

Tragedi bentrokan antara warga dan Pol PP karena warga yang menolak penggusuran makam Mbah Priok, mengakibatkan puluhan orang luka di kedua belah pihak dan juga korban di luar kedua belah pihak. Dan tidak hanya korban saja, juga mengakibatkan kerugian ratusan milyar dan jalan yang macetnya luar biasa di jalan koja, Jakarta Utara.

Untuk menghalau massa saat bentrokan menentang penggusuran makam Mbak Priok di Koja, Jakarta, polisi mengerahkan Water Cannon. Namun mobil lapis baja ini seakan tidak berfungsi dan dihancurkan warga.

Dalam catatan, akibat tragedi berdarah di Priok pada Rabu kelabu, dua orang warga yang masih anak-anak meninggal dunia. Ironisnya, keduanya meninggal karena mendapat siksaan pukulan tangan maupun pentungan dari Satpol PP secara massal. Selain korban meninggal dari warga Koja, anggota Satpol PP bernama Warsito Soepono dan Ahmad Tajudin juga turut tewas. Selain itu, data terakhir menunjukkan 130 orang luka parah dengan akumulasi korban dari Satpol PP dan warga Koja. Peristiwa itu tentu sangat disayangkan. Akibat rencana penggusuran makam, korban jiwa berjatuhan.

Amat menyedihkan, penggusuran ditebus dengan darah dan nyawa. Lebih dari itu, kerugian fisik cukup besar. Seperti diwartakan media, pascabentrokan banyak mobil polisi dan mobil Satpol PP serta kendaraan motor yang ludes dibakar akibat amuk massa yang kecewa terhadap aparat keamanan yang melakukan pendekatan represif terhadap warga dalam menangani konflik penggusuran makam Mbah Priok.

Masyarakat setempat menganggap sejarah makam Mbah Priok jangan sampai dilupakan. Tampaknya, harapan warga itu senapas dengan gagasan Bung Karno yang fenomenal, yakni jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Dalam arti, sejarah itu sangat berarti. Penggusuran makam Mbah Priok lantas digantikan dengan monumen bukan saja mengubur jejak sejarah secara fisik, melainkan juga nilai historis benda bersejarah tersebut turut lenyap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar